Inii kah yang dinamakan masa transisi ? Masa dimana gue sering galau dan ngerisauin hal gak jelas, mulai mikirin kedepan mau kerja apa selepas wisuda, berasa kehilangan arah, sering ngestuck sama keadaan, dan makin hari konflik dalam diri semakin menjadi.
Ah sulit sekali rasanya melewati tahap menuju dewasa ini. Penuh pikiran. Jadi rindu masa kanak kanak, gak perlu banyak mikir, gak perlu beradaptasi, tertawa karna bener2 sedang seneng, menangis bukan karna beban masalah. Sungguh mudah sekali hidup.
Sekarang keadaan sudah jauh berbeda makin hari usia makin bertambah, dan gue juga bukan remaja lagi, pola pikir juga seharusnya makin berkembang. Karna harus menerima yang namanya "kehidupan yg sebenarnya" itu perlahan-lahan pasti akan muncul.
Buruknya gue terlalu over thinking, sering mencemaskan suatu hal terlalu berlebihan yg ujung2 nya malah bikin down, semacam kehilangan semangat. Untungnya, masi ada sisi positif diri gue yg bertindak menjadi semacam motivator buat diri gue sendiri.
Ohhhh, emang aneh diriku ini 😥 gue sendiri yg bikin gue down, gue sendiri juga yg bikin gue up kembali. Ini mah bukan kaya roda yg berputar, tapi uda seperti YoYo, naik turun. Karna sialnya, sering terjadi berulang kali diluar kendali gue. Begoo emang 😑
Ohhhh, emang aneh diriku ini 😥 gue sendiri yg bikin gue down, gue sendiri juga yg bikin gue up kembali. Ini mah bukan kaya roda yg berputar, tapi uda seperti YoYo, naik turun. Karna sialnya, sering terjadi berulang kali diluar kendali gue. Begoo emang 😑
Pada dasarnya gue bukan orang yg heboh, rame, gampang ceplas ceplos, dan mungkin cenderung pendiam.
Ketika turut serta dalam obrolan dan perbincangan gue cenderung pasif meski dalam diam gue juga menikmati obrolan itu, otak gue tetep bekerja, terus berpikir dan menganalisis apa yg gue liat dan apa yg gue denger. Jujur gue sedih pas ditanyain "kenapa diam aja ?" Karna diam gue sering dikira lagi bete.
Terlalu banyak kata yg gue simpan dan gue sendiri merasa sulit untuk mengutarakannya. Bibir ini sungguh berasa kelu dan enggan untuk berucap. Dan lagi2 hanya menahan diri untuk tak banyak bicara.
Ahhh gue akui ini salah. Gue gak boleh biarin sifat gue yg begini makin menjadi. Karna orang2 gak mungkin bisa mengerti dan tau apa isi pikiran gue dengan sendirinya.
Ayoo nitaaa berubahhhh, belajarlah untuk lebih terbuka, belajarlah untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan lebih baik.
Yang paling sering mengganggu pikiran ini yaitu sifat gue yg terlalu pemikir ini, terlalu hanyut dalam pemikir gue sendiri, selalu mengandalkan logika. Meski kadang sering bertentangan dengan hati kecil gue. Dan kadang itu bikin gue capek. Sempet terlintas pemikiran konyol, kalo aja otak kita bisa di bongkar pasang pengen gue copot sebentar aja rasanya.
Gue sering dilema ketika diajak hangout temen, apalagi pas menjelang sore ahhhh terkadang ada saatnya gue kepengen join. Seperti acara taun baruan nanti, gue bener2 kepengen buat join ama mereka.
Situasi dan keadaan gue kurang mendukung (ahhh entah sampai kapan) yg buat gue gak bisa seenaknya meninggalkan rumah. Sungguh gue gak mau bikin orang2 lain repot, meminta mereka menggantikan gue dirumah, hanya karna kesenangan gue. Yaaa pikiran gue semacam mengendalikan gue untuk berpikir lebih logis, dan mengalahkan ego atau keinginan gue. Selalu bertanya apa pantas gue bertindak demikian, karna otak ini entah bagaimana sudah tersetting untuk memikirkan apa yg harus dan seharusnya gue lakuin, bukan apa yg pengen gue lakuin.
Ujung2nya gue selalu menolak ajakkan temen. Bagi mereka yg gak mengerti keaadaan gue, pasti mengira gue ini sombong ato apalah. Ahhh biarkan saja.
Karna gue join pikiran juga jadii gak tenang sendiri nantinya, hati dan pikiran ada dirumah, lalu jatuhnya gue gak enjoy ... ahhh
Sungguh membuat hati otak dan perbuatan well connected itu ternyata sussaahh
Komentar
Posting Komentar